Diceritakan
bahwa `Umar bin Khattab r.a. mengangkat Sariyah bin Zanim al-Khalji
sebagai pemimpin salah satu angkatan perang kaum muslimin untuk
menyerang Persia. Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak
karena jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim
hampir kalah. Sementara di Madinah, `Umar naik ke atas mimbar dan
berkhutbah. Di tengah-tengah khutbahnya, 'Umar berseru dengan suara
lantang, "Hai Sariyah, berlindunglah ke gunung. Barangsiapa menyuruh
esrigala untuk menggembalakan kambing, maka ia telah berlaku zalim!"
Allah membuat Sariyah dan seluruh pasukannya yang ada di Gerbang Nihawan
dapat mendengar suara `Umar di Madinah. Maka pasukan muslimin
berlindung ke gunung, dan berkata, "Itu suara Khalifah `Umar." Akhirnya
mereka selamat dan memperoleh kemenangan.
Al
Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin al-Subki)
menambahkan cerita di atas. Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah `Umar
lalu ia ditanya, "Apa maksud perkataan Khalifah `Umar barusan dan di
mana Sariyah sekarang?" Ali menjawab, "'Doakan saja Sariyah. Setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya." Dan setelah kejadian yang dialami
Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di Madinah, maksud
perkataan `Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi jelas
Menurut
al Taj al-Subki, `Umar r.a. tidak bermaksud menunjukkan karamahnya ini,
Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga pasukan muslimin di
Nihawan dapat melihatnya dengan mata telanjang, seolah-olah `Umar
menampakkan diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan
majelisnya di Madinah sementara seluruh panca indranya merasakan bahaya
yang menimpa pasukan muslimin di Nihawan. Sariyah berbicara dengan `Umar
seperti dengan orang yang ada bersamanya, baik `Umar benar-benar
bersamanya secara nyata atau seolah-olah bersamanya. Para wali Allah
terkadang mengetahui hal-hal luar biasa yang dikeluarkan oleh Allah
melalui lisan mereka dan terkadang tidak mengetahuinya. Kedua hal
tersebut adalah karamah.
0 komentar:
Posting Komentar